Analisis Transaksional

Konsep – konsep Utama Analisis Transaksional

  • Pandangan tentang sifat manusia

Analisis transaksional berpijik pada asumsi – asumsi bahwa manusia sanggup memahami putusan – putusan masa lampaunya dan mereka mampu memilih untuk memutuskan ulang. Mereka menjadikan pengalaman masa lampaunya sebagai pedoman dalam mengambil keputusan berikutnya. Analisis transaksional meletakkan kepercayaan bahwa manusia itu mampu keluar dari pola – pola dan tingkah laku baru yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini manusia tetap tidak hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka tetap membutuhkan bantuan orang lain, karena manusia selalu memiliki pengharapan – pengharapan dan tuntutan dari dirinya sendiri dan orang lain.

Harris (1967) sepakat bahwa manusia memiliki pilihan – pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lalunya. “Meskipun pengalaman – pengalaman dini yang berkulminasi pada suatu posisi tidak bisa dihapus, saya yakin bahwa posisi – posisi dini bisa diubah. Apa yang sudah direncanakan / ditetapkan bisa beruah, mengingat halnya mereka tidak ingin mengulangi kesalahan – kesalahan di masa lampau.

  • Perwakilan – perwakilan ego

Analisis transaksional adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego, yang terpisah menjadi ego orang tua, ego dewasa, ego anak.

Ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari substitu orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka kita akan memperlakukan orang lain seperti orang memperlakukan kita. Ego orang tua berisi perintah 0 perintah “harus” dan “semestinya”.

Ego orang dewasa adalah pengolahan data dan informasi. Dalam mengalami suatu masalah, seseorang akan melihat dari data dan informasi yang ada setelah itu baru memutuskan jalan apa yang harus diambil untuk mengatasi permasalahan yang dialami. Mereka tidak emosional dan mengakhiri orang lain sebelum melihat fakta – fakta yang ada.

  • Kebutuhan manusia akan belaian

Setiap manusia (juga hewan) selalu membutuhkan belaian, baik secara fisik dan emosional. Sesuai dengan teori analisis transaksional fisik dan emosional. Sesuai dengan teori analisis transaksional ini, kita seharusnya memahami bagaimana memperoleh belaian, belajar memperoleh belaian yang diinginkan, dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. Belaian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : (1) belaian yang sifatnya positif, (2) belaian yang sifatnya negatif.

Belaian yang sifatnya positif dapat berupa ungkapan – ungkapan afeksi atas penghargaan, bisa disalurkan melalui kata – kata, elusan, pandangan , atau mimik muka.

Belaian yang sifatnya negatif. Belaian yang sifatnya negatif oleh orang tua akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan anak. Belaian negatif yang mengirimkan pesan “Kamu tidak ok”, menyangkut pengecilan, penghinaan, pencemoohan, kesewenangan, dan perlakuan seseorang sebagai objek.

  • Permainan – permaianan yang kita mainkan

Setiap orang harus memahami perwakilan ego-nya, karena dengan memahami perwakilan ego itu orang – orang akan mamp membebaskan diri dari putusan – putusan “Anak” dan dari pesan – pesan orang tua yang irasional. Dengan menggunakan prinsip – prinsip dari analisis transaksional, orang – orang akan sadar jenis belaian yang diperolehnya, dan mereka bisa mengubah respons – respons belaian dari negatif ke positif.

Jadi, salah satu sasaran analisis transaksional adalah membantu orang – orang agar memahami sifat transaksional mereka dengan orang lain, sehingga mereka bisa merespon orang lain secara langsung, menyeluruh, dan akrab. Dari situ kecenderungan kepada permainan bisa dikurangi.

Permainan dipandang sebagai penukaran belaian yang mengakibatkan berlarut – larutnya perasaan tidak enak. Permainan itu terdiri dari 3 pemain, yaitu : korban, penuntut, dan penyelamat. Transaksi permainan akan batal, jika salah seorang menjadi sadar bahwa dirinya berada dalam permainan dan kemudian memutuskan untuk tidak lagi memainkannya.

Unsur-unsur  analisis Transaksional

Analisis transaksional berakar pada suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemrograman awal. Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.

Teknik-teknik dan prosedur-prosedur terapeutik

Penerapan pada kelompok

Konsep-konsep dan teknik-teknik Analisis Transaksional cocok terutama untuk situasi-situasi kelompok. AT pada mulanya direncanakan sebagai suatu bentuk treatment kelompok,dan prosedur-prosedur terapeutiknya memberikan hasil dalam setting kelompok. dalam setting kelompok, orang-orang bisa mengamati perubahan orang lain, yang memberikan kepada mereka model-model bagi peningkatan kebebasan memilih. Mereka menjadi paham atas struktur dan fungsi kepribadian mereka sendiri serta belajar bagaimana bertransaksi dengan orang lain. Transaksi-transaksi dalam kelompok memungkinkan para anggota mampu meningkatkan kesadaran, baiktentang dirinya sendiri maupun tentang orang lain. Dan karenanya bisa befokus pada perubahan-perubahan dan putusan-putusan ulang yang akan mereka buat dalam kehidupan mereka.

Harris (1967) sepakat bahwa “treatment atas individu-individu dalam kelompok adalah metode analisis-analisis transaksional”. Ia memandang fase permulaan kelompok AT sebagai suatu proses megajar dan belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik terapis kelompok. Harris membahas beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan kelompok. Diantaranya ialah : (1) berbagai cara ego orang tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati, (2) karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individudalam kelompok bisa dialami, (3) orang-orang bisa dialami dalam suatu lingkungan yang alamiah, yang dtandai oleh keterlibatan dengan orang-orang lain, (4) konfrontasi permainan-permainan yang timbale balik bisa muncul secara wajar, (5) para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok. Harris mengemukakan keuntungan yang terakhir : “Dengan membaik saya maksudkan mencapai tujuan-tujuan yang yang dinyatakan dalam kontrak jam pertama. Salah satu diantaranya adalah peredaran gejala dan yang lainnya adalah belajar menggunakan ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak-anak secara cermat dan efektif.

Daftar Pustaka :

Roberts.A.R. Greene, g.j. 2008. Buku pintar pekerja social: Jakarta. Gunung mulya

Leave a comment